Nagamoto Sugiyama; Pejuang Jepang Yang Mengabdikan Hidupnya Untuk Kemerdekaan Indonesia
![]() |
| Foto Nagatomo Sugiyama Alias Sukardi Sugiyama |
Takalarterkini.com, - Takalar. Setelah berakhirnya Perang Pasifik, sebagian besar tentara Jepang kembali ke tanah air mereka. Namun, salah satu di antara mereka, Sugiyama Nagamoto, yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama Sukardi Sugiyama, memilih jalan berbeda. Ia memutuskan untuk tetap tinggal di Indonesia dan mengabdikan hidupnya bagi perjuangan rakyat yang tengah berjuang merebut kemerdekaan dari penjajahan Belanda.
Keputusannya itu menjadikannya salah satu sosok bersejarah yang menandai persahabatan antara bangsa Jepang dan Indonesia.
Perjuangan di Masa Kemerdekaan
Dalam masa Perang Kemerdekaan Indonesia (1945–1949), Sugiyama sempat menjabat sebagai komandan pasukan Jepang dalam Pasukan Gerilya Khusus. Ia ikut bertempur bersama pejuang-pejuang Indonesia dalam menghadapi agresi Belanda, terutama dalam Pertempuran Arjasari saat serangan kedua Belanda pada tahun 1949.
Menurut catatan Isamu Hirooka dalam buletin Fukushi Tomo no Kai (1987), setelah gugurnya Komandan Tatsuo Ichiriki, Sugiyama diangkat menjadi komandan ketiga. Satuan kecil yang dipimpinnya, terdiri dari delapan mantan tentara Jepang dan sejumlah prajurit Indonesia, bertempur sengit melawan satu kompi pasukan Belanda bersenjata lengkap selama satu setengah jam. Pertempuran ini meninggalkan kesan mendalam dan mendapat penghargaan tinggi dari rakyat Indonesia atas keberanian dan loyalitas mereka.
Setelah perjanjian gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia pada Desember 1949, Sugiyama menyerahkan pasukannya kepada pihak Indonesia, menandai akhir perjuangannya sebagai pejuang asing yang setia di pihak republik muda itu.
Kehidupan Baru Di Indonesia
Setelah perang usai, Sugiyama memilih membangun kehidupan baru di tanah Indonesia yang sudah ia perjuangkan. Pada Juni 1950, ia bersama lima mantan tentara Jepang lainnya ditugaskan di Pabrik Merapi, Malang, di bawah perintah pasukan pendidikan militer Jawa Timur. Pada Agustus 1950, ia diangkat menjadi kepala pabrik, meski saat itu pabrik kekurangan dana dan peralatan.
Tak lama kemudian, ia menikah dengan seorang perempuan asal Malang dan mulai menapaki kehidupan keluarga sederhana. Ia juga sempat membantu pemerintah Indonesia dan Konsulat Jepang di Surabaya dalam mengurus status kewarganegaraan mantan tentara Jepang yang memilih menetap di Indonesia.
Dengan terbentuknya hubungan diplomatik antara Jepang dan Indonesia pada April 1958, para mantan tentara Jepang akhirnya memperoleh pengakuan resmi sebagai warga negara Indonesia pada Juni 1962, termasuk Sugiyama.
Kontribusi untuk Masyarakat dan Ekonomi Lokal
Pada akhir 1960-an, Sugiyama pindah ke Makassar (dulu Ujung Pandang) dan bekerja dengan Japan International, perusahaan kontraktor proyek reparasi perang Jepang untuk pabrik plywood Makassar. Setelah perusahaan tersebut bangkrut pada tahun 1968, Sugiyama tidak berhenti berkarya.
Ia kemudian aktif mengembangkan pertanian kopi di daerah Toraja. Berdasarkan catatan Key Coffee Company, sejak 1974, Sugiyama berperan penting dalam pengembangan kebun kopi Toraja, mulai dari pemandu lapangan, penerjemah, hingga penghubung antara masyarakat lokal dan pihak administrasi pemerintah. Ia juga membimbing petani Toraja dalam teknik budidaya kopi yang kemudian hari menjadi produk unggulan Sulawesi Selatan yang dikenal hingga ke dunia internasional.
Penghargaan atas Jasa dan Dedikasi
Atas jasa-jasanya dalam mempererat hubungan baik antara Jepang dan Indonesia, pada 25 Agustus 1995, Sugiyama Sukardi menerima penghargaan dari Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Taizo Watanabe, bertepatan dengan peringatan 50 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Ia menerima penghargaan tersebut bersama 68 mantan tentara Jepang lain yang dikenal sebagai “Tentara Jepang yang Tidak Kembali” (帰らなかった日本兵) — sebuah sebutan terhormat bagi mereka yang memilih berjuang dan hidup bersama rakyat Indonesia.
Sebelumnya, juga ada bukti tanda jasa yang hingga saat ini berada di kediaman anaknya (Rayu Sukardi) di Takalar, antara lain:
1. Bintang Gerilya
2. Medali Sewindu
3. Satya Lencana Perang Kemerdekaan Ke- I
4. Satya Lencana Perang Kemerdekaan Ke- II
5. Satya Lencana GOM I
6. Satya Lencana GOM V
7. Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia
Akhir Hayat dan Warisan
Sukardi Sugiyama meninggal dunia pada 16 Juni 1996 dalam usia 78 tahun. Upacara pemakamannya diselenggarakan dengan penuh kehormatan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Makassar (Jalan Urip Sumoharjo).
Pada 20 Juli 2009, Kelompok Peneliti Sulawesi mengunjungi makamnya di Makassar. Dengan bantuan penjaga makam, mereka menemukan dua makam warga Jepang yang dimuliakan di tempat tersebut salah satunya adalah makam Sukardi Sugiyama, yang hingga kini tetap terawat sebagai simbol persahabatan dan pengorbanan lintas bangsa.
Keluarga dan Warisan di Takalar
Semangat perjuangan dan ketulusan Sugiyama masih hidup melalui keluarganya. Putranya, Rayu Sukardi, bersama tiga cucunya, kini menetap di Lingkungan Cilallang, Kelurahan Takalar, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar.
Kehadiran mereka menjadi pengingat bahwa di tanah Takalar, tanah yang kini mereka sebut rumah, mengalir darah seorang pejuang yang pernah mengangkat senjata demi kemerdekaan Indonesia, meskipun ia dilahirkan jauh di negeri Jepang.
Penutup: Semangat yang Tak Pernah Padam
Kisah hidup Sugiyama Nagamoto alias Sukardi Sugiyama adalah kisah tentang keberanian, pengabdian, dan persahabatan tanpa batas negara. Ia adalah saksi hidup sejarah bahwa semangat kemerdekaan dan kemanusiaan mampu melampaui identitas kebangsaan.
Pada Hari Pahlawan ini, kita mengenang beliau bukan hanya sebagai seorang asing yang ikut berjuang, tetapi sebagai pahlawan sejati yang menanamkan nilai universal; kemerdekaan, keadilan, dan persaudaraan antarbangsa.
Warisannya kini hidup tidak hanya dalam catatan sejarah, tetapi juga dalam kehidupan anak dan cucunya di Takalar, simbol bahwa semangat pengorbanan tidak pernah padam oleh waktu. AJM/RedTT.
Sumber: MTS

Komentar
Posting Komentar