Sinergi Akademis Dan Inovasi Lokal: Mahasiswa KKN Unhas Berkolaborasi Program Literasi A'Mabar Di SDN 23 Centre Mappakasunggu
![]() |
Kolaborasi Program Literasi Antara Mahasiswa KKN Tematik Literasi Unhas Dengan SDN No 23 Centre Mappakasunggu |
Takalarterkini.com, - Mappakasunggu. Di tengah tantangan literasi nasional yang masih menjadi pekerjaan rumah besar, sebuah kolaborasi strategis antara dunia akademis dan inovasi akar rumput tercipta di SDN 23 Centre Takalar.
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Literasi Universitas Hasanuddin (Unhas) terjun langsung untuk memperkuat program inovasi sekolah, A'Mabar (Apotik Membaca Dan Belajar), dalam sebuah kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu, 26 Juli 2025. Keterlibatan ini bukan sekadar program kerja seremonial, melainkan sebuah upaya terpadu untuk mengakselerasi penuntasan masalah literasi dan numerasi siswa.
Kegiatan mahasiswa diawali dengan program Kunjungan Literasi yang menyasar siswa kelas V dan VI. Pemilihan jenjang atas ini didasarkan pada pertimbangan strategis, di mana siswa pada tingkat tersebut memiliki kapasitas kognitif untuk diajak berpikir kritis dan analitis, sekaligus menjadi garda terakhir sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah. Sesi ini dirancang sebagai sebuah perjalanan literasi yang menyenangkan.
Rangkaian kelas dibuka dengan kegiatan "Bacakan Saya Buku". Di sini, mahasiswa tidak sekadar membaca, tetapi memodelkan bagaimana sebuah cerita dihidupkan melalui intonasi, ekspresi, dan interaksi. Tahap ini bertujuan membangun fondasi ketertarikan.
Setelah imajinasi siswa terpantik, kegiatan berlanjut ke tahap "Cerdas Mengulas Buku", sebuah sesi diskusi interaktif untuk membedah anatomi cerita, mulai dari karakter, alur, hingga pesan moral yang tersembunyi.
Sebagai puncak dari Kelas Inspirasi, siswa ditantang dalam sesi "Membuat Cerita Berbasis Bahan Bacaan". Pada tahap ini, terjadi lompatan kognitif di mana siswa bertransformasi dari konsumen pasif menjadi produsen karya kreatif, sebuah manifestasi tertinggi dari pemahaman literasi.
Setelah memantik semangat siswa kelas atas, fokus kegiatan beralih pada jantung inovasi sekolah, yakni A'Mabar. Program ini merupakan jawaban langsung atas sebuah permasalahan nyata. Kepala SDN 23 Centre Takalar, Muh. Iswadi Makkuasa menjelaskan bahwa program yang digagas oleh salah seorang guru, Mirna Sentya, ini lahir dari sebuah keresahan mendalam.
"A'Mabar lahir dari keresahan kami atas rendahnya tingkat literasi pada siswa kelas 1, 2, dan 3. Banyak di antara mereka yang masih kesulitan membaca, bahkan ada yang belum mengenal huruf," ungkapnya.
Pembingkaian psikologis program ini pun dirancang secara cermat. Metafora "Apotik" secara efektif mengubah narasi dari "kelas tambahan bagi yang tertinggal" menjadi sebuah proses "penyembuhan" yang suportif dan klinis. Pendekatan ini terbukti mampu mengurangi stigma dan meningkatkan motivasi siswa untuk berpartisipasi.
Kekuatan terbesar A'Mabar terletak pada pendekatan pembelajaran berdiferensiasi berbasis diagnostik. Program ini menolak metode "satu ukuran untuk semua" dengan membagi siswa ke Fase A (buta aksara) dan Fase B (belum lancar membaca), memastikan intervensi yang diberikan sangat relevan dengan kebutuhan individu. Implementasinya pun sangat sistematis, melalui tahapan persiapan, pelaksanaan, dan monitoring yang jelas, dengan peran terdefinisi bagi kepala sekolah, guru A'Mabar, dan guru kelas.
Mekanisme pemantauan menjadi kunci, di mana setiap kemajuan siswa dicatat secara objektif dalam "buku kontrol". Alat sederhana ini menciptakan jejak data sekaligus akuntabilitas. Inisiatif ini pun tidak berdiri sendiri.
A'Mabar terintegrasi secara holistik dengan ekosistem literasi sekolah, seperti pemanfaatan sudut baca di setiap kelas dan perpustakaan digital melalui perangkat Chromebook. Menurut data sekolah, efektivitasnya telah teruji. Pada tahun pertamanya, program ini mencatat tingkat keberhasilan 80%, di mana 12 dari 15 siswa Fase A berhasil dientaskan dari buta aksara.
Urgensi program ini mendapat validasi paling nyata saat kolaborasi berlangsung. Dalam proses pendataan dan pendampingan, teridentifikasi seorang siswa dari kelas VI yang ternyata masih tergolong buta aksara.
Temuan ini menjadi sebuah pengingat keras bahwa tanpa intervensi yang tepat, seorang anak bisa melewati enam tahun masa pendidikan dasar tanpa menguasai kemampuan paling fundamental. Di ambang kelulusan, siswa tersebut menghadapi masa depan akademis yang suram, menjadikan program A'Mabar sebagai benteng pertahanan terakhirnya.
Kepala sekolah menyambut peran mahasiswa KKN Unhas sebagai katalisator. Ia menyatakan bahwa kehadiran mereka dengan perspektif baru sangat membantu dalam memetakan data riil siswa yang membutuhkan intervensi.
Lebih dari itu, ia menaruh harapan besar pada kolaborasi ini untuk sebuah lompatan efisiensi. "Saya berharap dengan campur tangan KKN Unhas, program A'Mabar bisa menjadi lebih efisien. Mungkin yang biasanya butuh waktu enam bulan agar murid bisa pindah fase, bisa kita percepat menjadi tiga bulan," ujarnya, menyiratkan ambisi untuk melipatgandakan kecepatan kemajuan siswa.
Pandangan ini sejalan dengan pengamatan para mahasiswa. Menurut mereka, keberadaan program A'Mabar menjadi krusial karena mengisi celah yang tidak mampu dijangkau oleh kurikulum reguler yang cenderung berjalan seragam. Dengan menjadi instruktur, mereka tidak hanya menjalankan program kerja, tetapi juga mengalami langsung kompleksitas masalah pendidikan dan berkontribusi pada solusi nyata.
Kini, pihak sekolah tidak hanya ingin berhenti pada keberhasilan lokal. Ada visi jangka panjang untuk membakukan dan mengangkat inovasi ini. "Visi ke depannya, kami ingin mendaftarkan A'Mabar pada Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (JIPP) Sulawesi Selatan," pungkas Iswadi. Langkah ini menandakan keinginan untuk
mengubah inisiatif lokal menjadi sebuah model yang teruji dan berpotensi untuk direplikasi di sekolah lain, sebuah cita-cita untuk menyebarkan 'resep' literasi yang
lebih luas.
Komentar
Posting Komentar